Sabtu, 07 November 2009

15 Jenis Serangan Cracker

Diposting oleh kamil |

Tools maupun teknik yang digunakan cracker kebanyakan adalah variasi dari serangan yang mereka lakukan sebelumnya. Sebagai Administrator baik system maupun jaringan ataupun end user, Anda haruslah banyak belajar dari pengalaman penyerangan yang terjadi sebelumnya

1. IP Spoofing

IP Spoofing juga dikenal sebagai Source Address Spoofing, yaitu pemalsuan alamat IP attacker sehingga sasaran menganggap alamat IP attacker adalah alamat IP dari host di dalam network bukan dari luar network.
Misalkan attacker mempunyai IP address type A 66.25.xx.xx ketika attacker melakukan serangan jenis ini maka Network yang diserang akan menganggap IP attacker adalah bagian dari Networknya misal 192.xx.xx.xx yaitu IP type C. IP Spoofing terjadi ketika seorang attacker ‘mengakali’ packet routing untuk mengubah arah dari data atau transmisi ke tujuan yang berbeda. Packet untuk
routing biasanya di transmisikan secara transparan dan jelas sehingga membuat attacker dengan mudah untuk memodifikasi asal data ataupun tujuan dari data. Teknik ini bukan hanya dipakai oleh attacker tetapi juga dipakai oleh para security profesional untuk men tracing identitas dari para attacker.

Protokol yang menangani komunikasi antar komputer kebanyakan berhasil di spoof. ICMP (Internet Control Message Protocol) adalah salah satunya(vulnerable) karena protokol ini dilewati oleh informasi dan pesan-pesan kesalahan diantara dua node dalam network. Internet Group Message Protocol (IGMP) dapat dieksploitasi dengan menggunakan serangan tipe ini karena IGMP melaporkan kondisi kesalahan pada level user datagram, selain itu juga protokol ini mengandung Informasi routing dan Informasi Network.

Solusi untuk mencegah IP spoofing adalah dengan cara mengamankan packet-packet yang ditransmisikan dan memasang screening policies. Enkripsi Point-to-point juga dapat mencegah user yang tidakmempunyai hak untuk membaca data/packet.

Admininistrator dapat menggunakan signature untuk paket-paket yang berkomunikasi dalam networknya sehingga meyakinkan bahwa paket tersebut tidak diubah dalam perjalanan. Anti Spoofing rules(peraturan anti spoof) yang pada dasarnya memberitahukan server untuk menolak packet yang datangnya dari luar yang terlihat datangnya dari dalam, umumnya hal ini akan mematahkan
setiap serangan spoofing.

2. FTP Attack

Tujuan menyerang FTP server ini rata-rata adalah untuk mendapatkan command shell ataupun untuk melakukan Denial Of Service.Serangan Denial Of Service akhirnya dapat menyebabkan seorang user atau attacker untuk mengambil resource didalam network tanpa adanya autorisasi, sedangkan command shell dapat membuat seorang attacker mendapatkan akses ke sistem server dan file-file data yang akhirnya seorang attacker bisa membuat anonymous root-acces yang mempunyai hak penuh terhadap system bahkan network yang diserang.

Tidak pernah atau jarang mengupdate versi server dan mempatchnya adalah kesalahan yang sering dilakukan oleh seorang admin dan inilah yang membuat server FTP menjadi rawan untuk dimasuki. Sebagai contoh adalah FTP server yang populer di keluarga UNIX yaitu WU-FTPD yang selalu di upgrade dua kali dalam sehari untuk memperbaiki kondisi yang mengizinkan terjadinya buffer overflow Mengexploitasi FTP juga berguna untuk mengetahui password yang terdapat dalam sistem.

3. Unix Finger Exploits

Pada masa awal internet, Unix OS finger utility digunakan secara efficient untuk mensharing informasi diantara pengguna. Karena permintaan informasi terhadap informasi finger ini tidak menyalahkan peraturan, kebanyakan system Administrator meninggalkan utility ini (finger) dengan keamanan yang sangat minim, bahkan tanpa kemanan sama sekali. Bagi seorang attacker utility ini sangat berharga untuk melakukan informasi tentang footprinting, termasuk nama login dan informasi contact.
Keterangan pribadi tentang user yang dimunculkan oleh finger daemon ini sudah cukup bagi seorang atacker untuk melakukan social engineering dengan menggunakan social skillnya untuk memanfaatkan user agar ‘memberitahu’ password dan kode akses terhadap system.

4. Flooding & Broadcasting

Seorang attacker bisa mengurangi kecepatan network dan host-host yang berada di dalamnya secara significant dengan cara terus melakukan request/permintaan terhadap suatu informasi dari sever yang bisa menangani serangan classic Denial Of Service(Dos), mengirim request ke satu port secara berlebihan dinamakan flooding, kadang hal ini juga disebut spraying. Ketika permintaan flood ini dikirim ke semua station yang berada dalam network serangan ini dinamakan broadcasting.
Tujuan dari kedua serangan ini adalah sama yaitu membuat network resource yang menyediakan informasi menjadi lemah dan akhirnya menyerah.

Ada Dua faktor yang mempengaruhi yaitu: ukuran dan/atau volume (size and/or
volume). Seorang attacker melempar file berkapasitas besar atau volume yang besar dari paket yang kecil kepada sebuah system. Dalam keadaan seperti itu network server akan menghadapi kemacetan: terlalu banyak informasi yang diminta dan tidak cukup power untuk mendorong data agar berjalan. Pada dasarnya paket yang besar membutuhkan kapasitas proses yang besar pula, tetapi secara tidak normal paket yang kecil dan sama dalam volume yang besar akan menghabiskan resource secara percuma, dan mengakibatkan kemacetan.

Serangan ini dapat diantisipasi dengan cara menolak broadcast yang diarahkan pada router. TCP-level Flooding (kebanyakan SYN ATTACK) telah digunakan pada bulan februari tahun 2000 untuk menyerang Yahoo!, eBay dll yang menggunakan serangan DDOS(Distributed Denial Of Service).
Network yang tidak menggunakan firewall untuk pengecekan paket-paket TCP biasanya bisa diserang dengan cara ini.
Beberapa fungsi penyaringan pada firewall (Firewall Filtering Function) biasanya akan mampu untuk menahan satu serangan flooding dari sebuah alamat IP, tetapi serangan yang dilakukan melalui DDOS akan sulit di cegah karena serangan ini seperti kita ketahui datangnya dari berbagai alamat IP secara berkala.
Sebenarnya salah satu cara untuk menghentikan serangan DDOS adalah dengan cara mengembalikan paket ke alamat asalnya atau juga dengan cara mematikan network(biasanya dilakukan oleh system yang sudah terkena serangan sangat parah).

5. Fragmented Packet Attacks

Data-data internet yang di transmisikan melalui TCP/IP bisa dibagi lagi ke dalam paket-paket yang hanya mengandung paket pertama yang isinya berupa informasi bagian utama( kepala) dari TCP. Beberapa firewall akan mengizinkan untuk memroses bagian dari paket-paket yang tidak mengandung informasi alamat asal pada paket pertamanya, hal ini akan mengakibatkan beberapa type system menjadi crash.

6. E-mail Exploits

Peng-exploitasian e-mail terjadi dalam lima bentuk yaitu:
Serangan mail flood (flood =air bah) terjadi ketika banyak sekali e-mail yang dikirimkan oleh attacker kepada sasaran yang mengakibatkan transfer agent kewalahan menanganinya, mengakibatkan komunikasi antar program lain menjadi tidak stabil dan dapat membuat system menjadi crash. serangan dilakukan dengan mengexploitasi fungsi auto-responder (auto-responder function) yang terdapat dalam kebanyakan aplikasi email, ketika seorang attacker menemukan auto-responder yang sedang aktif dalam dua system yang
berbeda, sang attacker bisa saja mengarahkan yang satu ke yang lainnya, karena kedua-duanya di set untuk merespond secara sacara otomatis untuk setiap pesan, maka kedua-duanya akan terus mengenarate lebih banyak e-mail secara loop(bolak-balik) dan akhirnya kedua-duanya akan kelelahan dan down.

Serangan memanipulasi perintah (command manipulation attack) dapat mengakibatkan sebuah system menjadi crash dengan cara menggulingkan mail transfer agent dengan sebuah buffer overflow yang diakibatkan oleh perintah (fungsi) yang cacat (contoh: EXPN atau VRFY). Perbedaan antara mail flood dan command manipulation: command manipulation meng-exploit kekuasaan milik sendmail yaitu memperbolehkan attacker untuk mengakses system tanpa informasi otorisasi(menjadi network admin tanpa diketahui) dan membuat modifikasi pada penjalanan program lainnya. Mengaktifkan command yang cacat seperti diatas juga dapat mengakibatkan seorang attacker mendapatlan akses untuk memodifikasi file, menulis ulang, dan tentunya saja membuat trojan horses pada mail server.

Penyerangan tingkat transport (transport level attack) dilakukan dengan cara mengexploit protokol perute-an/pemetaan e-mail diseluruh internet: Simple Mail Tranport Protocol (SMTP). Seorang attacker dapat mengakibatkan kondisi kesalahan sementara (temporary error) di target system dengan cara mengoverload lebih banyak data pada SMTP buffer sehingga SMTP buffer tidak bisa menanganinya, kejadian ini dapat mengakibatkan seorang attacker terlempar dari sendmail program dan masuk kedalam shell dengan kekuasaan adminitsrasi bahkan dapat mengambil alih root. Beberapa serangan exploitasi juga sering terjadi pada POP dan IMAP.
Serangan ini lebih digunakan untuk membuat gangguan daripada untuk menjebol suatu system.

Mail relaying, proses memalsukan asal/source email dengan cara meroutekannya ke arah mesin yang akan dibohongi, adalah type lain dari serangan transport-level. Teknik ini sangat berguna untuk membuat broadcasting spam secara anonymous. Berbagai macam isi(content) yang sering dikirim lewat e-mail Beberapa Virus dan Worms akan disertakan dalam e-mail sebagai file attachment yang sah, seperti variant Melissa yang nampak sebagai Ms Word Macro atau loveletter worm yang menginfeksi system dan mengemailkan dirinya sendiri ke users yang berada dalam address booknya outlook. Kebanyakan antivirus scanner akan menangkap attachment seperti ini, tetapi visrus dan worm baru serta variannya masih tetap berbahaya. Serangan yang terakhir yang dilakukan oleh seorang attacker selain serangan diatas adalah dengan cara melakukan social enginering, kadang sang attacker mengirim e-mail dengan source memakai alamat admin agar users mengirimkan passwordnya untuk mengupgrade system.

7. DNS and BIND Vulnerabilities

Berita baru-baru ini tentang kerawanan (vulnerabilities) tentang aplikasi Barkeley Internet Name Domain (BIND) dalam berbagai versi mengilustrasikan kerapuhan dari Domain Name System (DNS), yaitu krisis yang diarahkan pada operasi dasar dari Internet (basic internet operation).

Merupakan target yang paling favorite untuk diserang oleh komunitas cracker karena beberapa kerawanannya. Kerawanan terhadap buffer overflow yang terjadi pada bulan Januari lalu hanya beberapa bagian dari kerawanan untuk diexploitasi oleh para cracker agar mendapat akses terhadap system dan melakukan perintah dengan hak penuh (command execution priviledge).
Kerawanan pada BIND merupakan masalah yang sangat serius karena lebih dari 80 persen DNS yang berada di Jagat Internet dibangun menggunakan BIND. Tanpa adanya DNS dalam lingkungan Internet Modern, mungkin transmisi e-mail akan sulit, navigasi ke situs-situs web terasa rumit dan mungkin tidak
ada hal mudah lainnya yang menyangkut internet.

Cracker akan mencoba untuk menyerang system melalui DNS dengan cara buffer overflow karena adanya kelemahan dalam pengkodean/pemrograman BIND yang mengizinkan seorang attacker untuk memanfaatkan code-code yang dapat dieksekusi untuk masuk kedalam system.
Beberapa system operasi telah menyediakan patch untuk stack agar tidak dapat dieksekusi, sebagaimana juga yang dilakukan compiler (menyediakan patch) yang melindungi stack dari overflow.
Telah jelas bahwa mengupdate system secara berkala dan menggunakan patch adalah salah satu yang harus dilakukan untuk membangun security yang efektif,

8. Password Attacks

Password merupakan sesuatu yang umum jika kita bicara tentang kemanan. Kadang seorang user tidak perduli dengan nomor pin yang mereka miliki, seperti bertransaksi online di warnet, bahkan bertransaksi.
Password adalah salah satu prosedur kemanan yang sangat sulit untuk diserang. Melatih karyawan/user agar tetap waspada Kebnayakan seranagan yang dilakukan terhadap password adalah menebak (guessing), brute force, cracking dan sniffing. Penebakan(guessing) password bisa dilakukan dengan cara memasukan password satu persatu secara manual ataupun dengan bantuin script yang telah diprogram. Kebanyakan user menggunakan hal-hal yang umum untuk password mereka diantaranya tanggal lahir, dan biasanya user tidak menghawatirkan tentang aturan yang berlaku pada perusahaan untuk menggunakan kombinasi alphanumeric dan minimal 7 karakter. Jika saja user memakai tanggal lahirnya sebagai password maka hal penyerangan akan sangat
mudah dilakukan, karena cracker tidak membutuhkan waktu yang lama hanya untuk menjebol 6 digit angka tanggal lahir.

Brute-force merupakan serangan yang menggunakan logika yang sama dengan password guessing tetapi serangan brute-force lebih cepat dan lebih powerfull. Dalam tipe serangan ini seorang attacker menggunakan script (biasanya program cracking gratis) yang akan mencoba password-password umum(biasanya terdapat dalam dictionary).
Tujuan dari serangan jenis ini adalah untuk mempercepat penemuan password sebelum network admin menyadari adanya serangan. Walaupun serangan Brute-force lebih efisien daripada password guessing, kedua teknik tersebut pada dasarnya sama. Attacker umumnya lebih sulit untuk berhasil dengan kedua metoda tersebut. Lebih jauh lagi, kedua teknik tersebut sangat mudah di lawan dengan memanfaatkan features blacklisting, yang akan mengunci sebuah account user jika seseorang(attacker) berkali-kali memasukkan password secara tidak tepat. Contohnya, default blacklist dalam system unix adalah tiga kali (kesempatan memasukkan password).

dictionary attack (mencocokan kata-kata yang berada dalam kamus dengan kata-kata yang dienkripsi dalam file password). Cara yang terbaik untuk menghindari serangan jenis ini adalah dengan memonitor kewenangan akses pada file.

Dengan cara mengintip lalulintas pada port telnet(23) ataupun HTTPD (80), seorang attacker dapat mendapatkan password yang digunakan untuk internet dan koneksi secara remote melalui proses yang dinamakan password snifing.
HTTPD(biasanya ada tanda gembok terkunci dibawah browser, yang menandakan transaksi aman) atau juga menggunakan SSH (Secure SHell) untuk koneksi ke mesin lain secara remote.





9.Proxy Server Attacks

Jika firewal yang berada dalam trusted network tidak dikonfigurasikan secara optimal, khususnya untuk memblok akses dari luar, apalagi jika autentikasi dan enkripsi tidak digunakan, seorang attacker bisa menyerang proxy server dan mendapatkan akses yang sama dengan anggota trusted network lainnya. Router yang tidak dikonfigurasikan secara optimal juga akan berfungsi sebagai proxy server dan akan mengakibatkan kerawanan yang sama dengan proxy server.



10. Remote Command Processing Attacks


Attacker akan menyerang server yang merupakan anggota dari trusted system. Sama seperti kerawanan pada proxy server, ketika akses diterima, seorang attacker akan mempunyai kemampuan mengeksekusi perintah dan mengkases data yang tersedia bagi user lainnya.

11. Remote File System Attack

Protocol-protokol untuk tranportasi data –tulang punggung dari internet— adalah tingkat TCP (TCPLevel) yang mempunyai kemampuan dengan mekanisme untuk baca/tulis (read/write) Antara network dan host. Attacker bisa dengan mudah mendapatkan jejak informasi dari mekanisme ini untuk mendapatkan akses ke direktori file.
Tergantung pada OS (operating system) yang digunakan, attacker bisa meng extrack informasi tentang network, sharing privileges, nama dan lokasi dari user dan groups, dan spesifikasi dari aplikasi atau banner (nama dan versi software). System yang dikonfigurasi atau diamankan secara minimal akan dengan mudah membeberkan informasi ini bahkan melalui firewall sekalipun.
Pada system UNIX, informasi ini dibawa oleh NFS (Network File System) di port 2049. system Windows menyediakan data ini pada SMB (server messaging block) dan Netbios pada port 135 - 139(NT) dan port 445 pada win2k.
Network administrator bisa meminimalisasi resiko dengan memberikan sedikit peraturan. Network dengan system windows, harusnya memblok akses ke port 139 dan 445 dari luar network, jika dimungkinkan. Dalam system unix port 2049
seharusnya di blok, sharing file dibatasi dan permintaan file melalui showmount(perintah dalam unix) seharusnya di catat dalam log.

12. Selective Program Insertions

Selective Program Insertions adalah serangan yang dilakukan ketika attacker menaruh program-program penghancur, seperti virus, worm dan trojan (mungkin istilah ini sudah anda kenal dengan baik ☺) pada system sasaran. Program-program penghancur ini sering juga disebut malware. Program-program ini mempunyai kemampuan untuk merusak system, pemusnahan file, pencurian password sampai dengan membuka backdoor.
Biasanya antivirus yang dijual dipasaran akan dapat mendeteksi dan membersihkan program-program seperti ini, tetapi jika ada virus baru (anggap saja variant melissa) virus scanner belum tentu dapat menghadapi script-script baru. Beberapa network administrator melakukan pertahan terhadap malware dengan teknologi alternatif seperti behaviour blockers, yang memberhentikan kode-kode yang dicurigai berdasarkan contoh kelakuan malware, bukan berdasarkan signature. Beberapa aplikasi lainnya akan mengkarantina virus dan code-code yang dicurigai didalam daerah yang dilindungi, biasanya disebut
sandboxes.


13. Port Scanning

Melalui port scanning seorang attacker bisa melihat fungsi dan cara bertahan sebuah system dari berbagai macam port. Seorang atacker bisa mendapatkan akses kedalam sistem melalui port yang tidak dilindungi. Sebaia contoh, scaning bisa digunakan untuk menentukan dimana default SNMP string di buka untuk
publik, yang artinya informasi bisa di extract untuk digunakan dalam remote command attack.

14.TCP/IP Sequence Stealing, Passive Port Listening and Packet
Interception

TCP/IP Sequence Stealing, Passive Port Listening dan Packet Interception berjalan untuk mengumpulkan informasi yang sensitif untuk mengkases network. Tidak seperti serangan aktif maupun brute-force, serangan yang menggunakan metoda ini mempunyai lebih banyak kualitas stealth-like. TCP/IP Sequence Stealing adalah pemetaan dari urutan nomor-nomor (angka), yang bisa membuat packet milik attacker terlihat legal. Ketika suatu system meminta sesi terhadap mesin lain, kedua system tersebut saling bertukar nomor-nomor sinkronisasi TCP. Jika tidak dilakukan secara acak, Attacker bisa mengenali
algoritma yang digunakan untuk meng –generate nomor-nomor ini. Urutan nomor yang telah dicuri bisa digunakan attacker untuk menyamar menjadi salah satu dari system tadi, dan akhirnya memperbolehkannya untuk melewati firewall. Hal ini sebenarnya efektif jika digunakan bersama IP Spoofing.
Melalui passive port listening, seorang attacker dapat memonitor dan mencatat (log) semua pesan dan file yang dikirim ke semua port yang dapat diakses pada target system untuk menemukan titik kerawanan.
Packet Interception adalah bagian (tepatnya pelapis) dari active listener program yang berada pada port di system sasaran yang berfungsi untuk menerima ataupun mengembalikan semua tipe pesan (data) spesifik yang dikirim. Pesan tersebut bisa dikembalikan ke unauthorized system, dibaca dan akhir nya
dikembalikan lagi baik tanpa perubahan atau juga dengan perubahan kepada attacker, atau bahkan tidak dikembalikan.
Dalam beberapa versi atau juga menurut konfigurasi dari user SSHD(secured shell daemon), otentikasi bisa dilakukan dengan cara menggunakan public key (milik mesin tentunya). Jika seorang attacker mempelajari public key yang digunakan, ia bisa menciptakan atau memasukan paket-paket palsu. System
sasaran akan menganggap pengirim paket palsu tersebut mempunyai hak akses.

15. HTTPD Attacks

Kerawanan yang terdapat dalam HTTPD ataupun webserver ada lima macam:

HTTPD Buffer Overflow bisa terjadi karena attacker menambahkan errors pada port yang digunakan untuk web traffic dengan cara memasukan banyak carackter dan string untuk menemukan tempat overflow yang sesuai.
Beberapa feature dari HTTPD bisa digunakan untuk meciptakan HTTPD byapass, memberi akses ke server menggunakan fungsi logging. Dengan cara ini, sebuah halaman web bisa diakses dan diganti tanpa dicatat oleh web server. Cara ini sering digunakan oleh para cracker, hacktivis dan cyber vandals untuk
mendeface website. Sedangkan kerawanan pada script-script web bisa terjadi pada semua bahasa pemrograman web dan semua ekstensi aplikasi. Termasuk VB, Visual C++, ASP, TCL, Perl, PHP, XML, CGI dan Coldfusion.
Pada dasarnya, attacker akan mengexploitasi kelemahan dari sebuah aplikasi, seperti CGI script yang tidak memeriksa input atau kerawanan pada IIS RDS pada showcode.asp yang mengizinkan menjalankan perintah secara remote (remote command priviledges).
Melalui cross scripting dan cross-site scripting seorang attacker bisa mengexploitasi pertukaran cookies antara browser dan webserver. Fasilitas ini dapat mengaktifkan script untuk merubah tampilan web dll.
Script ini bisa menjalankan malware, membaca infomasi penting dan meng expose data sensitive seperti nomor credit card dan password.

Serangan dengancara terus mengulang permintaan terhadap port 80 httpd yang melalui batas TTL (time tolive).

Beberapa user ataupun manager mungkin benci mendengar serangan-serangan tersebut. Tapi pada kenyataanya memang tidak ada yang benar-benar fix untuk mengamankan network ataupun website. Tetapi sekali lagi peralatan paling canggih di dunia tidak akan menolong suatu organisasi sampai organisasi tersebut mempunyai proses untuk mengupgrade system, memakai patch, mengecek security pada system sendiri dan metode lain.
Jalan terbaik untuk melindungi website maupun network dari serangan adalah mendekatkan keamanan sebagaimana tantangan yang sedang terjadi terhadap keamanan itu sendiri, terus berusaha, selalu ingat basicnya dan jangan lupa untuk berdoa... :)

0 komentar: